Review Buku: Pergi (Tere Liye)
"Sebuah kisah tentang menemukan tujuan, kemana hendak pergi, melalui kenangan demi kenangan masa lalu, pertarungan hidup-mati, untuk memutuskan kemana langkah kaki akan dibawa pergi"
Sebelum masuk ke review nya, izinkan saya memberi apresiasi pada desainer sampul buku ini, yaitu Resoluzy.
Sampulnya sangat merepresentasikan isi dan tema yang diangkat dalam novel Pergi ini melalui simbolis-simbolisnya.
Suasana yang menunjukkan waktu entah itu sunset atau sunrise, yang merupakan pergantian siang-malam, menyimbolkan pergantian, perpindahan, dan transisi.
Keberadaan jalanan yang menyimbolkan 'Pergi' itu sendiri, adanya tujuan.
Mengingat ini adalah sekuel dari novel Pulang, maka tentunya buku ini masih berkisah tentang Bujang, namun kali ini Bujang tak lagi dalam posisi tangan kanan Tauke Besar, melainkan sebagai Tauke Besar itu sendiri.
Namun jika novel Pulang mengangakat proses karir Bujang dalam dunia Shadow Economy, maka buku sekuelnya ini berfokus pada kebimbangan Bujang akan masa depan diri nya dan juga masa depan Keluarga Tong di bawah kepemimpinannya, mengingat niat Bujang untuk membawa Shadow Economy pada arah yang lebih baik.
Berikut ini hal-hal menarik yang saya suka dari buku ini:
1. Tentunya genre action yang diusungnya dengan plot yang sangat menarik. Saya masih terkesima dengan kemampuan Tere Liye dalam menuangkan adegan-adegan aksi dalam untaian kata-kata.
Pembaca akan dibuat seperti sedang menonton action alih-alih membaca, dikarenakan kata-kata yang sangat membantu imajinasi.
2. Berbeda dengan novel Pulang, buku kedua ini memuat sadikit unsur romansa dengan kehadiran dua sosok perempuan yang baru muncul di buku ini, mereka adalah Catrina dan Maria.
Catrina membawa sisi romansa masa lalu bersama Samad (bapaknya Bujang) melalui surat-surat yang ditemukan Bujang. Sedangkan Maria memberikan bumbu romansa tak terduga pada buku ini dengan adegan duel pistol yang diakhiri dengan memberikan gelangnya pada Bujang.
Unsur romansa yang tidak terlalu mendominasi cerita ini membuatnya menjadi gimmick menarik dan mampu membuat pembaca kesengsem sendiri membayangkannya.
3. Buku kedua ini menyuguhkan akhir cerita yang mengejutkan dan tidak terduga. Pembaca memang akan ikut serta bimbang dan bingung akan masa depan Bujang dan juga Keluarga Tong, namun keputusan yang akhirnya dipilih Bujang mungkin bukanlah salah satu dari kemungkinan-kemungkinan yang dapat diantisipasi para pembaca.
Keputusan Bujang tersebut membawa misteri baru yang amat memungkinkan untuk adanya buku ketiga dari seri ini.
Namun, tidak ada satu apapun yang sempurna di dunian ini, begitupun novel ini.
Ada satu poin minus yang saya temukan dalam buku kedua ini, yaitu adanya inkonsistensi Sudut Pandang narasi, yaitu, sempat terselip narasi sudut pandang orang ketiga pada narasi sudut pandang orang pertama. Yaitu saat adegan Bujang yang nyaris terbunuh oleh seorang sniper.
Tapi kekurangan kecil ini tidak terlalu mengganggu mengingat hal tersebut hanya terjadi sekali dan dengan porsi yang sangat kecil.
Jika memang akan ada buku ketiga, saya masih belum terpikirkan kira-kira apa judul dari buku tersebut, mengingat judul buku pertama dan kedua yang cukup membayar tuntas sebuah perjalanan, Pulang-Pergi.
Entahlah, mungkin akan terjawab beberapa tahun lagi, atau tidak sama sekali.
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Republika Penerbit
Tebal buku: 459 halaman (600 gram)
Harga: 79.000
Sebelum masuk ke review nya, izinkan saya memberi apresiasi pada desainer sampul buku ini, yaitu Resoluzy.
Sampulnya sangat merepresentasikan isi dan tema yang diangkat dalam novel Pergi ini melalui simbolis-simbolisnya.
Suasana yang menunjukkan waktu entah itu sunset atau sunrise, yang merupakan pergantian siang-malam, menyimbolkan pergantian, perpindahan, dan transisi.
Keberadaan jalanan yang menyimbolkan 'Pergi' itu sendiri, adanya tujuan.
Mengingat ini adalah sekuel dari novel Pulang, maka tentunya buku ini masih berkisah tentang Bujang, namun kali ini Bujang tak lagi dalam posisi tangan kanan Tauke Besar, melainkan sebagai Tauke Besar itu sendiri.
Namun jika novel Pulang mengangakat proses karir Bujang dalam dunia Shadow Economy, maka buku sekuelnya ini berfokus pada kebimbangan Bujang akan masa depan diri nya dan juga masa depan Keluarga Tong di bawah kepemimpinannya, mengingat niat Bujang untuk membawa Shadow Economy pada arah yang lebih baik.
Berikut ini hal-hal menarik yang saya suka dari buku ini:
1. Tentunya genre action yang diusungnya dengan plot yang sangat menarik. Saya masih terkesima dengan kemampuan Tere Liye dalam menuangkan adegan-adegan aksi dalam untaian kata-kata.
Pembaca akan dibuat seperti sedang menonton action alih-alih membaca, dikarenakan kata-kata yang sangat membantu imajinasi.
2. Berbeda dengan novel Pulang, buku kedua ini memuat sadikit unsur romansa dengan kehadiran dua sosok perempuan yang baru muncul di buku ini, mereka adalah Catrina dan Maria.
Catrina membawa sisi romansa masa lalu bersama Samad (bapaknya Bujang) melalui surat-surat yang ditemukan Bujang. Sedangkan Maria memberikan bumbu romansa tak terduga pada buku ini dengan adegan duel pistol yang diakhiri dengan memberikan gelangnya pada Bujang.
Unsur romansa yang tidak terlalu mendominasi cerita ini membuatnya menjadi gimmick menarik dan mampu membuat pembaca kesengsem sendiri membayangkannya.
3. Buku kedua ini menyuguhkan akhir cerita yang mengejutkan dan tidak terduga. Pembaca memang akan ikut serta bimbang dan bingung akan masa depan Bujang dan juga Keluarga Tong, namun keputusan yang akhirnya dipilih Bujang mungkin bukanlah salah satu dari kemungkinan-kemungkinan yang dapat diantisipasi para pembaca.
Keputusan Bujang tersebut membawa misteri baru yang amat memungkinkan untuk adanya buku ketiga dari seri ini.
Namun, tidak ada satu apapun yang sempurna di dunian ini, begitupun novel ini.
Ada satu poin minus yang saya temukan dalam buku kedua ini, yaitu adanya inkonsistensi Sudut Pandang narasi, yaitu, sempat terselip narasi sudut pandang orang ketiga pada narasi sudut pandang orang pertama. Yaitu saat adegan Bujang yang nyaris terbunuh oleh seorang sniper.
Tapi kekurangan kecil ini tidak terlalu mengganggu mengingat hal tersebut hanya terjadi sekali dan dengan porsi yang sangat kecil.
Jika memang akan ada buku ketiga, saya masih belum terpikirkan kira-kira apa judul dari buku tersebut, mengingat judul buku pertama dan kedua yang cukup membayar tuntas sebuah perjalanan, Pulang-Pergi.
Entahlah, mungkin akan terjawab beberapa tahun lagi, atau tidak sama sekali.
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Republika Penerbit
Tebal buku: 459 halaman (600 gram)
Harga: 79.000
Komentar
Posting Komentar